“OmSwastyastu,
Namo Sivaya Budhaya”
Namo Sivaya Budhaya”
Rasa angayu
bagia marilah kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca, karena asung
kerta wara nugraha-Nyalah kita dapat berkumpul melaksanalan persembahyangan
bersama di Padmasana pada hari raya tilem sukra kliwon wuku pujut , dengan
penuh rasa damai, tenang, suci oleh getaran
spiritual.
Umat sedharma yang berbhagia, pada kesempatan ini saya akan
membawakan Dharma Wacana yang mengambil tema HariRayaTilem.
Umat sedharma yang berbahagia hari raya purnama dan tilem adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan karunia dari Hyang Widhi. Hari raya purnama sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa). Sedangkan hari tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa). Kedua hari suci ini dirayakan setiap 30 atau 29 hari sekali.
Pada hari raya purnama dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Chandra, sedangkan pada hari tilem dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Surya. Keduanya merupakan manifestasi dari Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran (mala). Pada kedua hari ini hendaknya diadakan upacara persembahyangan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya
Beberapa sloka yang berkaitan dengan hari raya purnama dan tilem dapat ditemui dalam lontar Sundarigama yang mana disebutkan:
“Muah
ana we utama parersikan nira Sanghyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya
Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan
ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita
kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang
wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar,
Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi”.
Ada hari-hari utama penyelenggaraan upacara persembahyangan sejak dulu sama nilai keutamaanya yaitu hari raya purnama dan tilem. Pada hari Purnama, bertepatan dengan Sanghyang Candra beryoga dan pada hari tilem, bertepatan dengan Sanghyang Surya beyoga memohonkan keselamatan kepada Hyang Widhi. Pada hari suci demikian itu, para rohaniawan dan semua umat manusia menyucikan dirinya lahir batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan yadnya kehadapan Hyang Widhi.
Pada hari raya purnama dan tilem ini sebaiknya umat melakukan pembersihan lahir batin. Karena itu, disamping bersembahyang mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, umat juga hendaknya melakukan pembersihan badan dengan air.
Kondisi bersih secara lahir dan batin ini sangat penting karena dalam jiwa yang bersih akan muncul pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersih pula. Kebersiha juga sangat penting dalam mewujudkan kebahagiaan, terutama dalam hubungan dengan pemujaan kepada Hyang Widhi.
Wirama Totaka
Sasi wimbe haneng ghata mesi banu
(Bagaikan bayangan bulan di dalam sebuah belanga (periuk) yang berisi air.
Ndanasing suci nirmale mesi wulan).
(Hanya pada setiap tempat suci tanpa noda berisi bayangan bulan)
Iwa mangkane rakwe kiteng kadadin.
(Seakan-akan demikian Engkau terhadap semua mahluk).
Ringangambeki yoga kiteng sekala.
(Kepada orang yang sedang melaksanakan yogalah engkau menampakan diri).
Umat Sedharma yang berbahagia nilai yang terkandung dari Wirama Totaka ini sangat dalam bagaimana kita memaknai hari raya purnama maupun tilem sebagai hari yaitu proses pembersihan, penyucian diri kita sendiri dengan berpikir, berkata, dan berbuat yang benar sesuai dengan ajaran agama kita. Adapun kata-kata mutiara yang terakhir bisa saya sampaikan kepada umat sedharma dalam Dharma Wacana kaliini yaitu:
God is in you, God is in every word of yours, every deed and thought, speak do, and in think as befits Him.(Tuhan ada di dalam dirimu, Tuhan ada disetiap kata-katamu, setiap tindakan dan pikiranmu. Bicaralah, berbuatlah dan berpikirlah yang sesuai untuk-Nya).
Para umat
sedharma demikianlah Dharma Wacana yang bisa saya sampaikan semoga ini bisa
bermanfaat bagi kita semua, jika dalam penyampaian ada kata-kata yang kurang
berkenan dihati saudara saya mohon maaf “Tan hana wong swasty hayu nulus”
(tidak ada manusia yang sempurna) akhir kata saya tutup dengan parama santih.
“Om Santih- Santih- Santih Om”
0 komentar:
Posting Komentar